Selasa, 25 Februari 2014
Jenis- jenis Koloid
Sistem
koloid adalah campuran yang heterogen. telah diketahui bahwa terdapat
tiga fase zat, yaitu padat, cair, dan gas. dari ketiga fase zat ini
dapat dibuat sembilan kombinasi campuran fase zat, akan tetapi yang
dapat membentuk sistem koloid hanya delapan. Kombinasi campuran fase gas
dan gas selalu menghasilkan larutan dimana campurannya menjadi homogen
(satu fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid.
Dengan demikian ada 8 jenis koloid, seperti yang tercantum pada tabel berikut:
No
|
Fase Terdispersi
|
Fase Pendispersi
|
Nama Koloid
|
Contoh
|
1
|
Padat
|
Padat
|
Sol Padat
|
Kaca berwarna, paduan logam
|
2
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Agar-agar, jelly, cat, tinta.
|
3
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol Padat
|
Asap, debu
|
4
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi Padat
|
Keju, mentega, mentega
|
5
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Santan, susu, es krim, mayonaise
|
6
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol
|
Kabut, awan
|
7
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Batu apung, busa karet
|
8
|
Gas
|
Cair
|
Buih, busa
|
Busa sabun
|
Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
• Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara.
Gbr 5. Asap (Padat- Gas) |
Sol
Gbr 6. Agar-Agar (Padat-Cair) |
Gbr 7. Kaca berwarna (Padat-Padat) |
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Ada dua jenis sol, yaitu sol padat (padat dalam padat) dan sol cair (padat dalam cair). pada sol cair, sol yang memadat disebut gel. Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
Contoh sol: Agar-agar, lem kanji, air sungai, cat, tinta, aloi, kaca berwarna.
Emulsi
Gbr 8. Santan (Cair-Cair) |
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air. Contoh emulsi minyak dalam air (M/A): santan, susu, kosmetik pembersih wajah (milk cleanser) dan lateks. Contoh emulsi air dalam minyak (A/M): mentega, mayones, minyak bumi, dan minyak ikan.
Gbr 9. Margarin (Cair-Padat) |
Buih
Gbr 10. Busa sabun (Gas-Cair) |
Gbr 11.Batu Apung (Gas-Padat) |
Sifat-Sifat Koloid
- Efek Tyndall
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi koloid
Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang sangat luas.
4. Muatan Koloid Sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid pasti mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Namun demikian, system koloid secara keseluruhan bersifat netral karena partikel-partikel koloid yang bermuatan ini akan menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium pendispersinya
Sumber : http://tekpem2012.blogspot.com/p/blog-page_7491.html
http://dilaerwindachemstic.blogspot.com/p/jenis-jenis-koloid.html
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar